Selasa, 01 Mei 2012






JENIS-JENIS IRAMA JANTUNG YANG BERASAL DARI
SA NODE

Irama sinus yaitu irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node atau Impulsnya berasal dari SA Node, ada beberapa irama yang impulsnya berasal dari SA Node diantaranya :
1.      Normal Sinus Rhytm
2.      Sinus Bradikardi
3.      Sinus Takikardia
4.      Sinus Aritmia
Bahwa ada 3 sumber pusat pacemaker alami yang dimiliki oleh jantung kita yaitu berasal dari SA node, AV node, Furkinje fiber. Ketiga sumber pacemaker alami jantung tersebut akan merefleksikan gambaran EKG yang satu sama lain akan berbeda.

1.      Normal Sinus Rhytm
Ciri Irama Normal Sinus adalah :
           Irama teratur.
           Frekwensi jantung (HR) antara 60-100 x/menit.
           Gel P normal, setiap gel P diikuti gel QRS dan T.
           Interval PR normal ( 0,12 – 0,20 detik ).
           Gel QRS normal ( 0,06 – 0,12 detik ).
           Semua gelombang sama.
           
2.      Sinus Bradikardi
Ciri Irama Sinus Bradikardi
         Irama   : Teratur
         Frekwensi HR : Kurang dari 60 x/menit
         Gel. P  : Normal, setiap gel. P selalu dikuti gel QRS dan T  
         Interval PR      :           Normal ( 0,12 – 0,20 detik )
         Gel. QRS        :           Normal ( 0,06 – 0,12 detik )
         Catatan            :           Semua gel. Sama

Yang membedakan antara sinus bradikardi dengan normal sinus rhytm adalah Frekfensi jantungnya. Pada sinus bradikardia frekfensi jantungya kurang dari 60 x/menit, sedangkan ciri yang lainya persis sama dengan normal sinus rhytm. Seringkali kita menemukan pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit dan bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa ada keluhan yang berarti, ini biasanya kita temukan pada jantung olah ragawan atau orang yang melakukan kegiatan olah raga yang teratur seperti para atlit. Jadi siapapun orangnya yang melakukan olah raga secara teratur dan benar, akan didapatkan frekfensi jantung yang kurang dari 60 atau bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa adanya keluhan.
Frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit juga bisa disebabkan oleh beberapa penyebab seperti obat-obatan (digoxin, beta blockers, calcium channel blockers) dan biasanya terjadi setelah pasca serangan jantung dan stroke.

3.      Sinus Takikardi
Ciri-ciri Irama Sinus Takikardi
·         Irama : Teratur
·         Frekwensi HR : 100 – 150 x/menit
·         Gel. P : Normal, setiap gel. P selalu dikuti gel QRS dan T   
·         Interval PR  : Normal ( 0,12 – 0,20 detik )
·         Gel. QRS        : Normal ( 0,06 – 0,12 detik )
·         Catatan : semua gel. Sama

Peningkatan frekfensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia biasanya terjadi oleh adanya respon fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan yang menggangu hemostasis tubuh. Dari sekian banyak penyebab frekfensi jantung melebihi 100 x/menit pada kasus sinus takikardia, ada  beberapa keadaan seperti :
·         Keadaan normal respon : sehabis melakukan aktivitas, kesakitan, demam, stress dan cemas.
·         Hypovolemik
·         Anemia
·         Obat-obatan
·         Gagal jantung
·         Perdarahan
·         Emboli pulmonal dan Distress pernapasan
·         Sepsis
·         Perikarditis, dll

4.      Sinus Aritmia
Ciri-ciri :
·         Irama   : Tidak teratur
·         Frekwensi HR : Biasanya antara 60 – 100             x/menit
·         Gel. P  : Normal, setiap gel. P selalu dikuti gelombang QRS dan T  
·         Interval PR : Normal ( 0,12 – 0,20 detik )
·         Gel. QRS : Normal ( 0,06 – 0,12 detik )
·         Catatan : Semua gel. Sama
·         Catatan : Normal pada orang muda, akibat pengaruh pola pernafasan, meningkat selama inspirasi dan menurun pada fase ekspirasi




DAFTAR PUSTAKA

1.      Surya Dharma, Sistematika interprestasi EKG : Pedoman praktis, Jakarta : EGC, 2009.
2.      Indonesian Heart Association Jakarta Branch (PERKI Jaya), Buku Panduan Kursus Elektrokardiografi, Jakarta.
3.      Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh darah Nasional Harapan Kita, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, edisi I, Jakarta: 2001.

Kamis, 05 April 2012




Fakta tentang Kucing  (by Kucing on Thursday, March 18, 2010 at 12:42pm )

Tahukah anda bahwa semua jenis kucing yang ada berasal dari satu nenek moyang?

Kucing memiliki sekitar 30 gigi dalam mulutnya.

Kucing tidur paling lama diantara binatang lainnya, sekitar 16 jam.

Kucing dengan bulu putih dan mata biru biasanya terlahir tuli, walaupun begitu indera lain mereka berkembang sebagai gantinya.

Dalam kerajaan binatang, IQ kucing hanya dapat dilewati oleh monyet dan simpanse

Kucing lebih mungkin selamat jika terjatuh dari lantai 20 daripada lantai 7. Alasannya karena kucing membutuhkan waktu setara dengan 8 tingkat untuk menyadari apa yang terjadi, tenang dan membetulkan posisinya.

Kucing bisa berjerawat.

Sama dengan frekuensi mesin diesel yang tidak sedang bekerja, kucing bergumam 26 putaran/detik

Kumis pada kucing sangat sensitif dan dapat merasakan perubahan tekanan udara bahkan yang kecil sekalipun. Kemampuan ini membuat kucing dapat menggunakannya sebagai penuntun alternatif untuk bergerak dalam kegelapan ketika ia tidak dapat melihat.

Semua kucing berjalan dengan jinjit.

Walaupun kucing memiliki 5 jari di kaki depan, mereka hanya mempunyai 4 jari pada kaki belakang. Namun pada beberapa kucing dapat terlahir dengan jari banyak sampai 7 bahkan dengan tulang tambahan.

Pada saat kucing berumur 6 bulan, itu setara dengan 10 tahun usia manusia.

Jika anda butuh sinar UV untuk melihat, pakai saja kencing kucing, karena kencing mereka menyala dalam gelap.

Tahukah kamu, kucing (Felis silvestrid-catus), terutama kucing rumah adalah salah satu hewan predator paling hebat di dunia. Kucing ini mampu membunuh dan atau memakan beberapa ribu species, mengalahkan kucing besar (seperti singa, harimau, dan sejenisnya) yang hanya mampu memangsa kurang dari 100 species. Namun karena ukurannya terbilang kecil, maka tidak berbahaya bagi manusia (syukurlah…). Namun tetap saja sangat berbahaya apabila kucing ini terinfeksi rabies.

Kucing telah berasosiasi dengan kehidupan manusia sekurangnya sejak 3500 tahun yang lalu. Ketika itu orang Mesir kuno telah menggunakan kucing untuk mengusir hama tikus dan hewan pengerat lainnya dari hasil panen mereka. Namun, percaya atau tidak, di dunia ini hanya terdapat 1% populasi kucing di dunia yang termasuk galur murni atau kucing ras. Sisanya adalah kucing hasil pencampuran dari berbagai ras atau biasa yang kita sebut sebagai kucing kampung. Karena itu, kucing ras termasuk kucing yang paling sering dicari dan mahal harganya.

Di Indonesia, suara kucing sering ditulis dengan kata “Meong”. Dalam bahasa Inggris yang digunakan di Amerika, suara kucing sering ditulis dengan “Meow”. Di negara Inggris sendiri, suara kucing ditulis “Miaow”. Kalau bahasa Jepang sering ditulis dengan kata “Nya”.

Kucing biasanya memiliki berat badan antara 2,5 hingga 7 kg dan jarang melebihi 10 kg, kecuali diberi makan berlebih, si pussy bisa mencapai berat badan 23 kg. Dalam penangkaran, kucing dapat hidup selama 15 hingga 20 tahun, dimana kucing tertua pernah diketahui berusia 36 tahun! Kucing liar yang hidup di lingkungan urban modern hanya mampu hidup selama 2 tahun atau bahkan kurang dari itu.

Kucing termasuk hewan yang sangat bersih. Mereka sering merawat diri dengan menjilati rambut mereka. Saliva atau air liur mereka adalah agen pembersih yang kuat. tapi dapat memicu alergi pada manusia. Kadangkala kucing memuntahkan semacam hairball atau gulungan rambut yang terkumpul di dalam perutnya. Sementara itu kucing dapat menyimpan energi dengan cara tidur lebih sering ketimbang hewan lain. Lama tidur kucing bervariasi antara 12 – 16 jam per hari, dengan angka rata-rata 13 – 14 jam. Tapi tidak jarang dijumpai kucing yang tidur selama 20 jam dalam satu hari!

Percaya atau tidak, di abad pertengahan kucing dianggap berasosiasi dengan penyihir dan sering dibunuh dengan cara dibakar dan dilempar dari tempat tinggi. Sejumlah ahli sejarah percaya bahwa wabah Black Death atau wabah pes menyebar dengan cepat di Eropa pada abad ke-14 akibat tahyul itu. Hal itu disebabkan banyaknya pembunuhan kucing yang dilakukan sehingga meningkatkan populasi tikus yang membawa wabah pes tersebut.

Apakah kucing itu mengeong atau mengaum, dia tetap saja turunan dari spesies Felis silvestris , yang dapat dikategorikan sebagai kucing liar Afrika, kucing liar Eropa dan kucing liar Steppe.

Jenis yang paling kecil adalah kucing berbulu bintik-bintik yang ditemukan di Sri Lanka. Ukurannya setengah ukuran kucing kampung. Sedangkan kucing yang terbesar adalah seekor harimau. Harimau jantan Siberia atau harimau Amur mempunyai panjang badan keseluruhan lebih dari 3m (10 ft) dan berat badan hingga 300kg (660 lb).

Singa adalah rajanya para kucing. Berbeda dari jenis kucing lainnya, tidak hanya dalam penampilannya saja, tetapi juga dari sifat hidupnya yang berkelompok. Seekor singa jantan berat badannya mencapai 225kg (500 lb) dan panjang badannya dapat mencapai hingga 3m (10 ft).

Kucing yang tercepat, cheetah, juga merupakan binatang daratan yang paling cepat larinya. Dapat mencapai kecepatan 95 km/jam (60 mph) dalam waktu singkat. Tidak seperti kucing lainnya, dia tidak mengaum melainkan bersuara melengking. Dan seperti kucing rumahan, dia juga mendengkur.

Meong!
Kucing kampung mendengkur setiap 26 kali per detik, sama dengan frekwensi mesin disel dalam keadaan idle. Kucing kampung dapat mendengar frekswensi suara hingga 65 kHz, sedangkan manusia hingga 20 kHz. Kemampuan indera penciumannya 14 kali lebih kuat daripada penciuman manusia.

Pada mata kucing ada lapisan pemantul cahaya yang dinamakan tapetum lucidum, yang menyebabkan mata kucing berpendar di malam hari. Lapisan pemantul ini dapat menyerap cahaya 6 kali lebih kuat daripada mata manusia, yang memungkinkan kucing untuk dapat melihat di kegelapan.

Ada lebih dari 3.000 jenis kucing kampung, tetapi hanya 8% diantaranya yang mempunyai silsilah. Dan tidak seperti kucing biasanya, jenis ini ditemukan diseluruh dunia dengan jenis yang berlimpah. Di Amerika Serikat sendiri, jumlah kucing lebih banyak daripada jumlah anjing, dan masyarakat lebih banyak berbelanja makanan kucing daripada makanan bayi.

Kucing kampung – atau jenis kucing apapun juga – tidak mempunyai 9 nyawa cadangan. Mereka juga tidak selalu mendarat dengan ujung kakiknya. Dikatakan bahwa seekor kucing yang jatuh dari tingkat 20 mempunyai kemungkinan selamat lebih besar dibanding dengan yang jatuh dari tingkat 7, karena seekor kucing membutuhkan ketinggian sekurangnya 7 lantai untuk dapat mengatur tubuhnya agar dapat mendarat dengan kakinya.

Kucing melangkah dengan kedua kaki kirinya, sedangkan pada saat berlari menggunakan kedua kaki kanannya. Satu-satunya binatang yang melakukan hal ini adalah jerapah dan onta.

Kucing langka
Memang jenis kucing kampung adalah yang paling banyak, tetapi ada juga jenis kucing yang sangat langka bahkan terancam kepunahan di muka bumi. Hanya terdapat sekitar 250 ekor kucing mirip musang di Malabar, Asia yang berjuang dari kepunahan. Kucing Iriomote, ditemukan di kepulauan Jepang Iriomotejima, dengan jumlah kurang dari 100 ekor.

Ternyata kucing itu bermimpi dan ngelindur juga, kalo kentut baunya asem banget, bisa bunyi pula, suka iseng makanin serangga seperti kecoak, tapi abis itu dimuntahin, bisa diajarin boker di kamar mandi, kalo dari kecil dibecandain terus gedenya jadi hiperaktif, kalo ga suka dicakar, jangan pernah becandain pake tangan, sampe dia gede ga akan pernah selamet tuh tangan, kucing manja suka ngenyotin selimut, kucing gede gak selalu pemberani, kadang harus nganterin dia boker di luar kalo malem kalo dia udah mulai meong2 kebelet tapi ga mau kluar rumah

Umur Kucing
Pastinya kita pernah bertanya-tanya dalam hati, berapa sih, umur maksimal kucing ?. Mungkin pula pernah berfikir, Umur Si Manis sekarang 7 tahun, berapa lama lagi si Manis bisa menemani kita ? atau Seandainya si Manis adalah manusia, berapa umurnya sekarang ?.

Umur maksimal kucing
Kebanyakan kucing dapat mencapai umur 11-12 tahun. Kucing yang hidup di dalam rumah (indoor) biasanya berumur lebih panjang dibandingkan dengan kucing yang hidup di luar rumah (outdoor). Kucing indoor dapat mencapai umur 16 tahun, bahkan ada yang mencapai 20 tahun. Rata-rata kucing outdoor berumur 8 tahun.
Ada juga yang pernah bertanya “Berapa sih rata-rata umur kucing kampung yang sering berkeliaran di jalan ? kok, sepertinya tidak pernah melihat kucing mati selain yang sering terlihat mati terlindas mobil ?”. Sebenarnya belum pernah ada penelitian mengenai umur kucing kampung yang sering berkeliaran di jalan-jalan sekitar pasar, restoran dan tenda pecel lele. Tapi, berdasarkan pengamatan sepintas, sepertinya kucing-kucing ini rata-rata berumur 4-6 tahun.
Kebanyakan mati pada saat masa sapih, yaitu pada saat mulai berhenti menyusu tetapi belum mampu mencari makan sendiri. Beberapa mati karena buruknya makanan dan nutrisi, lainnya mati karena terkena penyakit virus dll.
Kucing yang diberi makan dirumah tetapi tetap berkeliaran di luar rumah mempunyai rata-rata umur lebih lama dibandingkan kucing liar. Dari segi nutrisi dan kebersihan makanan mereka lebih baik dibandingkan kucing liar. Kucing yang ada di rumah cuma pada saat makan pagi dan sore ini, biasanya mati karena berbagai penyakit yang tertular pada saat berkeliaran “dugem” bersama kucing lain.

Umur kucing dibandingkan dengan umur manusia
Setidaknya ada beberapa versi perbandingan umur kucing dengan manusia, yaitu :
a.1 tahun umur kucing = 6 tahun umur manusia. Jadi bila Si manis berumur 7 tahun, ia seumur dengan orang berumur 42 tahun.
b.1 tahun pertama, kucing setara dengan manusia usia 15 tahun. Tahun berikutnya 1 tahun usia kucing setara dengan 4 tahun umur manusia. Jadi kalau si manis berumur 7 tahun, ia setara dengan manusia berumur 15 + (6 x 4)=15 + 24= 39 tahun.
c.Ada juga yang menyatakan 1 tahun pertama, kucing setara dengan manusia usia 20 tahun. Tahun berikutnya 1 tahun usia kucing setara dengan 4 tahun umur manusia. Jadi kalau si manis berumur 7 tahun, ia setara dengan manusia berumur 20 + (6 x 4)=20 + 24= 44 tahun.
Tak peduli berapa pun umur si manis yang penting kita berikan yang terbaik untuk si manis dengan nutrisi yang baik, vaksinasi teratur, perawatan dan kasih sayang terbaik yang kita mampu.

“Kucing adalah air mata Rasulullah”

Jumat, 30 Maret 2012

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG


PENGKAJIAN KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI KARDIOVASKULER

A.   Anamnesa
Yang perlu diungkap dalam wawancara yaitu :
1.      Keluhan utama : menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan klien sehingga ia perlu pertolongan. Keluhan tersebut antara lain : sesak nafas, batuk lendir atau darah, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah dll.
2.      Riwayat penyakit sekarang : menanyakan tentang perjalanan tentang timbul keluhan sehingga klien meminta pertolongan. Misalnya : sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut, dll.
3.      Riwayat penyakit terdahulu : menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Misalnya : apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dsb.
4.      Riwayat keluarga : menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
5.      Riwayat pekerjaan :  menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya.
6.      Riwayat geografi : menanyakan lingkungan tempat tinggalnya.
7.      Riwayat allergi : menanyakan kemungkinan adanya alergi terhadap cuaca, makanan, debu dan obat.
8.      Kebiasaan social : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alcohol atau obat tertentu.
9.      Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa batang perhari dan jenis rokok.

Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, maka data biography juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh klien.

B.   Pemeriksaan Fisik Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Pemeriksaan fisik kardiovaskuler adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa seluruh bagian tubuh pasien yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.
1.      Pemeriksaan kepala dan leher
a.    Raut muka
·   Bentuk mukan: bulat, lonjong dll
·   Ekspresi tampak sesak, gelisah, kesakitan
·   Tes syaraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa nervus V, VII
b.   Bibir
·   Biru (sianosis) pada penyakit jantung bawaan TF, TGA, dll
·   Pucat (anemia)
c.    Mata
·   Konjungtiva :
ü Pucat (anemia)
ü Ptechie (perdarahan bawah kulit/selaput lendir) pada endokarditis bacterial
·   Sklera
ü Kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati dll.
·   Kornea
ü Arkus senilis (garis melingkar putih/abu-abu ditepi kornea) berhubungan dengan peningkatan kolesterol/penyakit jantung koroner
·   Eksopthalmus
ü Berhubungan dengan tirotosikosis
·   Gerakan bola mata
ü Lateral (N. VII), medial (N.III), bawah nasal (N.IV), atas (N.III), dll.
·   Reflek kornea
ü Kapas disentuhkan pada kornea, maka mata akan terpejam  (N.V)
·   Funduscopy
ü Yaitu pemeriksaan fundus mata dengan opthalmoscop untuk menilai kondisi pembuluh darah retina pada penderita hipertensi.
d.   Tekanan Vena Jugularis (jugular Venous Pressure)
Penderita dalam posisi berbaring setengah duduk, kemudian diperhatikan :
·      Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba, tetapi bisa dilihat. Akan tampak gelombang a (kontraksi atrium), gelombang c (awal kontraksi ventrikel-katup tricuspid menutup), gelombang v ( pengisian atrium-katup tricuspid masih menutup).
·      Pengembungan Vena, normal setinggi manubrium sterni.
·      Bila lebih tinggi daripada itu maka berarti tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misalnya pada gagal jantung kanan.
e.    Arteri karotis
·      Palpasi :
ü  Berdenyut keras seperti berdansa (pada insufisiensi katup aorta)
ü  Paling tepat untuk memeriksa sirkulasi pada henti jantung
ü  Perlu dibandingkan kiri dan kanan, untuk mengetahui adanya penyempitan pembuluh darah di daerah itu.
·      Auskultasi
Bising (bruit) pada penyempitan arteri karotis, penyempitan katup aorta.
f.    Kelenjar tiroid
·      Inspeksi
Tengadah sedikit, telan ludah, teliti bentuk dan simetrisnya.
·      Palpasi
Jari telunjuk dan tengah kedua tangan ditempatkan pada kedua sisi isthmus, pemeriksa berada dibelakang penderita. Jari tengah dan telunjuk meraba trakea dari atas kebawah, mulai dari tulang krikoid, kemudian meraba-raba kesamping mulai dari garis tengah trakea setinggi isthmus.
Teliti : bentuk, konsistensi, dan ukurannya.
·      Auskultasi
Bising pada kelenjar tiroid menunjukkan vaskularisasi yang meningkat, disebabkan oleh hiperfungsi.
g.   Trakea
Pemeriksa berdiri disamping kanan penderita, tempelkan jari tengah pada bagian bawah trakea. Pada perabaan keatas, kebawah dan kesamping, kedudukan trakea dapatlah ditentukan apakah ditengah, bergeser kekanan/kiri. Bila pada tiap denyut jantung trakea terasa tertarik kebawah (tanda oliver), kemungkinan ad aneurisma aorta atau tumor mediastinum.

2.      Pemeriksaan fisik jantung


Atrium Kanan
Paling jauh disisi kanan (2 cm disebelah kanan tepi sternum, setinggi sendi kosto sternalis ke 3 – 6).
Ventrikel kanan
Menempati sebagian besar dari proyeksi jantung pada permukaan dada. Batas bawah adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke 6 dengan apeks jantung.
Ventrikel Kiri
Tak begitu tampak dari depan. Daerah tepi kiri atas 1,5 cm merupakan daerah ventrikel kiri jantung merupakan garis yang menghubungkan apeks jantung dengan sendi kosto sternalis ke 2 sebelah kiri.
Atrium kiri
Letaknya paling posterior, tak terlihat dari depan kecuali sebagian kecil saja yang terletak di belakang kostosternalis kiri ke 2.

a.    Inspeksi (periksa pandang)
Menentukan :
-          Bentuk prekordium
-          Denyut pada apeks jantung
-          Denyut nadi pada dada
-          Denyut vena

·         Bentuk prekordium
ü  Normal kedua belah dada simetris
ü  Bila cekung / cembung sesisi berarti ada ppnyakit jantung / paru sesisi
ü  Cekung
Pada perikarditis menahun, fibrosis / atelektasis paru, skoliosis, kifoskoliosis, akibat beban yang menekan dinding dada (pemahat, tukang kayu, dll.)
ü  Cembung atau menonjol
Pada pembesaran jantung, efusi perikard, efusi fleura, tumor paru, tumor mediastinum, skoliosis, atau kifoskoliosis. Penonjolan akibat efusi fleura/ perikard merupakan penonjolan daerah intern kostalis. Penonjolan akibat kelainan jantung menahun / bawaan merupakan penonjolan iga.

Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis mitral dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-paru menutupi jantung, sehingga pungtum maksimumnya menghilang,  suatu variasi yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula dan kebawah. Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.
·      Denyut di apeks jantung (ictus cordis)
Pada umumnya denyut jantung tampak didaerah apeks. Pemeriksaan dilakukan sambil penderita berbaring atau duduk dengan sedikit membungkuk. Normal dewasa : terletak di ruang sela iga ke 4 kiri 2 – 3 cm dari garis mid klavikularis. Daerah yang berdenyut seluas kuku ibu jari. Normal anak : terletak diruang sela iga ke 4 kiri. Bila denyut berada di belakang tulang iga payudara besar, dinding toraks tebal, emfisema, efusi perikard maka denyut terseebut tak tampak.
Denyut apeks tergeser ke samping kiri pada keadaan patologis, misalnya : penyakit jantung, skoliosis/kifoskoliosis, efusi fleura, pneumothorak, tumor mediastinum, abdomen membuncit (asites, hamil, dll.)
·      Denyut nadi pada dada
ü  Timbul denyutan di sela iga 2 kanan aneurisme aorta.
ü  Timbul denyutan di sela iga 2 kiri :dilatasi arteri pulmonalis (PDA, aneurisme a. pulmonalis), aneurisme aorta desenden.
Retraksi (tarikan kedalam) di prekordium seirama dengan systole pada perikarditis adesiva, insufisiensi tricuspid/aorta.
·      Denyut vena
Vena didada dan punggung tak tampak denyutannya. Yang kelihatan berdenyut hanya vena jugularis interna dan eksterna.

b.  Palpasi (periksa raba)
          
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse , normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2.
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar. Getaranan bising yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil berupa getaran bising di sela iga kiri sternum

Urutan palpasi
·      Teliti denyutan dan getaran (thrill) di prekordium
·      Teliti pergerakan trakea

Denyut Apeks
Normal di sela iga ke 5 (2-3 cm medial garis mid klavikularis). Bisa tak teraba oleh karena kegemukan, dinding thoraks tebal, emfisema,dll.
Meningkat bila curah jantung besar misalnya pada insufisiensi aorta / mitral
Sedikit meningkat pada hipertensi dan stenosis aorta.
Getaran (thrill)
Bising jantung yang keras (derajat IV/6 atau lebih) akan teraba sebagai getaran pada palpasi.
Lokasi di sela iga 2 kiri sternum, misalnya pada pulmonal stenosis.
Lokasi di sela iga 4 kiri sternum misalnya pada Ventrikular Septal Depect.
Lokasi di sela-sela iga 2 kanan sternum (basis) misalnya pada Aortik stenosis
Lokasi di apeks -  diastole : pada Mitral Stenosis, sistol : Mitral Insufisiensi.
Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan, dengan napas ditahan waktu ekspirasi, kecuali getaran MS yang lebih mudah teraba bila penderita berbaring pada sisi kiri.
Gerakan Trakea
Anatomi trakea berhubungan dengan arkus aorta, karenanya trakea perlu diperiksa. Pada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trakea, dan denyutan ini dapat diraba.
Cara : pemeriksa berdiri dibelakang penderita dan kedua jari telunjuk diletakkan pada trakea sedikit dibawah krikoid. Kemudian larings dan trakea diangkat ke atas oleh kedua telunjuk itu. Jika ada aneurisma aorta, tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk bahwa trakea dan laring tertarik ke bawah.

c.    Perkusi (periksa ketuk)

                        

Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi tricuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.

d.   Auskultasi (periksa bunyi)

               
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian hemodinamik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a)      Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b)      Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c)      Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodemanik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung
Waktu kedua atrium kontraksi darah dialirkan ke dua ventrikel, disebelah kanan melewati katup tricuspid, sedang disebelah kiri melewati katup mitral. Kemudian kedua ventrikel berkontraksi dan darah dipindahkan dari ventrikel kanan ke a. pulmonalis, sedang dari ventrikel kiri ke aorta. Permulaan kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi waktu katup mitral dan tricuspid menutup, dimana kedua katup ini terbuka selama atrium berkontraksi. Permulaan relaksasi ventrikel (diastole) terjadi waktu katup aorta dan pulmonal menutup, yang selama ventrikel berkontraksi tetap terbuka.
Arteri karotis berdenyut segera setelah sistolik ventrikel, kemudian disusul oleh denyutan a. radialis. Jadi hendaknya denyut a. karotis yang dijadikan pegangan untuk menentukan sistolik ventrikel.
·      Katup pulmonal
Persambungan iga 3 kiri dengan sternum
·      Katup aorta
Pada sternum, lebih rendah dan lebih medial daripada katup pulmonal.
·      Katup mitral
Pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga 4 dengan sternum.
·      Katup tricuspid
Pada sternum (arah menyilang sternum), sesuai garis penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi antara sternum dengan iga kanan ke 5.
Bila ada kelainan jantung proyeksi katup berpindah, misalnya stenosis mitral maka katup mitral bergerak ke kiri bawah.
Proyeksi katup bukan menunjukkan tempat bunyi jantung yang terdengar paling keras, meskipun bunyi – bunyi jantung di bangkitkan di sekitar katup - katup jantung.
Bunyi jantung dibangkitkan oleh kattup :
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks
Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum
Tekhnik auskultasi :
Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa stethoscope terdiri dari 2 bagian yakni bell dan diapragma. Kualitas stetoskope yang baik mempunyai dua saluran terpisah yang menghubungkan bagian kepala stetoskope ke masing – masing bagian telinga.
·      Bell :
Untuk mendengarkan suara yang nadanya rendah. Misalnya BJ 3, BJ 4, bising mid diastole mitral / tricuspid.
Tempelkan dengan penekanan yang ringan saja pada dinding dada.
·      Diapragma :
Merupakan kepala yang bermembran, digunakan untuk mendengarkan suara yang nadanya tinggi, misalnya bunyi jantung 1 dan 2, OS (opening snap), bunyi ejeksi (ejection sound), pericardial friction rub, bising sistolik dan awal sistolik.
Penting dipahami :
1)      BJ 1 dan BJ 2 yang normal
2)      Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ 2 sendiri – sendiri, sehingga dapat dibedakan apakah bunyi itu terdengar sebagai satu suara atau terpisah.
3)      terganggu oleh bunyi jantung
Bunyi jantung  :
BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid
BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal
Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2 nadanya tinggi.
Intensitas bunyi jantung 1:
·    Mengeras pada takhikardi oleh karena macam – macam sebab (MS dan lain-lain)
·    Melemah pada miokarditis, kardiomiopati, infark miokard, efusi perikard, empisema tumor yang menyelimuti jantung, MI.
Di apeks (daerah katup mitral) – BJ 1 lebih keras daripada BJ 2.
Didaerah katup aorta dan pulmonal – BJ 2 lebih keras daripada BJ 1.
Untuk membedakan BJ 1 dan BJ 2 :
·    Perbedaan intensitas sesuai dengan lokasi tersebut diatas.
·    Singkronisasinya dengan denyut a. karotis.
Intensitas bunyi jantung 2
BJ 2 mengeras pada hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal. Tetapi keadaan dinding dan arus aliran darah dalam arteri bersangkutan ikut menentukan. Bila dinding lentur dan arus aliran darah ke a. pulmonalis tak deras oleh karena stenosis, maka BJ 2 dapat melemah meskipun ada hipertensi.


BJ 3 dan BJ 4 yang fisiologik :
BJ 3 : terdengar samar-samar pada awal fase diastolic (BJ 2) – normal pada orang muda, karena getaran pada otot-otot dan korda tendine katup mitral/tricuspid waktu ventrikel terisi darah yang deras.
BJ 4 : Umumnya tak terdengar.
Letaknya pada akhir fase diastolic (presistolik), jadi sesaat sebelum BJ 1, timbul diantara gelombang P dan kompleks QRS dan disebabkan oleh kontraksi otot atrium.
BJ 1 yang terpisah :
BJ 1 oleh karena penutupan Mitral dan Trikuspid; BJ 2 oleh karena penutupan katup aorta dan pulmonal. Bila ada selisih waktu yang cukup lama antara penutupan kedua katup yang bersangkutan, maka BJ 1 dan BJ 2 terdengar terpisah.
                                 
              


2.  Pemeriksaan fisik vaskuler (pembuluh darah)
Pemeriksaan sistem vaskuler (pembuluh darah) mencakup pengukuran tekanan darah dan pengkajian yang menyeluruh terhadap integritas sistem vaskuler perifer.
Pemeriksaan vaskuler meliputi :
a.    Tekanan darah
b.   Arteri carotid
c.    Vena jugularis
d.   Arteri dan Vena Perifer

a.    Pemeriksaan Tekanan Darah
 Pengkajian tekanan darah berpengaruh pada penegakan diagnosis, karena itu perawat perlu lebih spesifik mengetahui pemeriksaan tekanan darah. Perawat mengauskultasi tekanan darah pada arteri brakealis di kedua lengan. Kebanyakan pemeriksa menggunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi tekanan darah tapi bel lebih efektif menghantarkan bunyi korotkoff bernada rendah. Pembacaan antara kedua lengan bervariasi sebanyak 10 mmhg dan cenderung lebih tinggi pada lengan kanan catat selalu pembacaan yang lebih tinggi. Pembacaan sistyolik yang berbeda 15 mmhg atau lebih menunjukkan adanya ateros klerosis atau penyakit aorta.
 Perawat juga membandingkan tekanan darah pada klien dengan posisi berbaring, posisi duduk atau berdiri. Biasanya pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke berdiri terdapat sedikit penurunan pada tekanan sistolik dan sedikit peningkatan pada tekanana diastolic. Penurunan tekanana sistolik lebih dari 15 mmhg menunjikkan adanya hipotensi postural. Klien yang paling berisiko adalah mereka yang baru saja mendonorkan darah, menderita penyakit system saraf otonom, atau tirah baring dalam waktu lama.
Teknik pemeriksaan meliputi hal-hal di bawah ini :
              

·      Palpasi 
Cara palpasi dapat dilakukan sebagai berikut :
ü  Hanya untuk mengukur tekanan sistolik.
ü  Manset Spigmomanometer yang dipasang di atas siku tangan
ü  Lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi di pergelangan tangan tidak teraba lagi, kemudian tekanan di dalam manset diturunkan.
ü  Amati tekanan dalam spigmomanometer
ü  Waktu denyut nadi teraba pertama kali, bacalah tekanan dalam spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik
·      Auskultasi
ü  Manset spigmomanometer diikatkan pada lengan atas, stetoskop diletakkan pada arteri brakialis pada permukaan ventral siku agak bawah manset spigmomanometer.
ü  Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam spigmomanometer dinaikkan dengan memompa sampai nadi tidak terdengar lagi, kemudian tekanan di dalam spigmomanometer diturunkan pelan-pelan.
ü  Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, kita baca tekanan yang tercantum dalam spigmomanometer, tekanan ini adalah tekanan sistolik.
ü  Suara denyut nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras itu sampai saat denyutannya melemah kemudian menghilang sama sekali. Pada saat suara denyutan yang keras itu menghilang, kita baca lagi tekanan dalam spigmomanometer, tekanan itu adalah tekanan diastolik.
ü  Tekanan darah diukur saat klien berbaring,. Pada kliern hipertensi perlu juga diukur tekanan darah saat berdiri.
ü  Kadang-kadang dijumpai masa bisu (auscultatory gap), yaitu suatu masa dimana denyutan nadi tidak terdengar saat tekanan spigmomanometer diturunkan. Misalnya denyut petama erdengar pada tekanan 220 mmHg, suara denyut nadi berikutnya baru terdengar pada tekanan 150 mmHg. Jadi ada masa bisu pada tekanan pada 220-150 mmHg. Gejala ini sering ditemukan pada klien hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
b.   Arteri karotis
Arteri karotis mencerminkan fungsi jantung dengan lebih baik dibandingkan arteri perifer karena posisinya dekat dengan jantung dan oleh karena itu tekanannya berhubungan dengan yang ada di aorta. Arteri karotis menyuplai darah yang teroksigenasi kekepala dan leher ,dan dilindungi oleh otot-otot sternokleidomastoideus. Untuk memeriksa arteri karotid, perawat memeinta klien duduk atau berbaring telentang dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 derajat.

Pemeriksaan pada arteri karotis meliputi:
·      Palpasi
Arteri karotis tidak hanya mudah di palpasi , yaitu pada bagian medial otot-otot sternomastoideus. Arteri ini juga memberikan banyak sekali informasi mengenai bentuk gelombang denyut aorta yang dipengaruhi oleh berbagai kelainan jantung.

·      Auskultasi
Bising ( bruit ) pada penyempitan arteri karotis menandakan adanya penyempitan katup aorta
c.    Vena jugularis
Vena yang paling mudah dijangkau adalah vena jugularis interna dan eksterna di leher. Kedua vena mengalir secara bilateral dari kepala dan leher ke dalam vena kava superior. Jugularis ekterna terdapat di permukaan dan dapat dilihat tepat di atas klavikula. Jugularis interna terletak lebih dalam sepanjang arteri karotid. Normalnya pada saat klien berbaring pada posisi terlentang, vena jugularis eksterna terdistensi sehinnga menjadi mudah dilihat. Sebaliknya, vena jugularis biasana tenggelam pada saat klien berada pada posisi duduk. Tetapi, klien dengan penyakit jantung dapat mengalami distensi vena jugularis pada saat duduk.
Gambar: cara menentukan JVP (Jugular Venous Pressure=Tekanan Vena leher). Tinggi bendungan ditarik garis datar sehingga terbaca angka pada penggaris kemudian ditambah 5 cm maka ketemulah tekanan atrium kanan (cmH2O). (courtesy: Jennifer A. Taylor)

d.   Pemeriksaan Arteri dan Vena Perifer
Untuk memeriksa sistem perifer, perawat terlebih dahulu mengkaji keadekuatan aliran darah dan ekstremitas dengan mengukur denyut arteri dan menginspeksi kondisi kulit dan kuku.
   

Pada pemeriksaan arteri perifer yang di periksa, antara lain :
·      Nadi radialis
·      Nadi ulnaris
·      Nadi brakialis
·      Nadi femoralis
·      Nadi popliteal
·      Nadi dorsalis pedis
·      Nadi tibialis posterior


    
               
Ulnar and radialis artery

 Pada pemeriksaan vena perifer, perawat perlu mengkaji status vena perifer dengan meminta klien duduk dan berdiri. Pengkajian mencakup inspeksi dan palpasi adanya varises, edema perifer dan flebitis. Varises adalah vena supervisialis yang mengalami dilatasi, terutama pada saat tungkai berada pada posisi menggantung. Edema perifer di sekitar area kaki dan pergelangan kaki dapat menjadi tanda insufisiensi vena dan gagal jantung kanan. Flebitis adalah inflamasi vena yang umumnya terjadi setelah trauma pada dinding pembuluh darah, infeksi, imobili yang lama, dan insersi kateter intravena jangka panjang.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Guyton and Hall. 2000. Medical Physiology. W.B.Saunders Company : New York
2.      Lande, Rante dan J.M. Ch. Pelupessy , ___, Bunyi Jantung, Cermin dunia Kedokteran,
3.      www.google.com, diakses pada tanggal 2 November 2008.
4.      Moehadsjah, O. K. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
5.      Rogers, James. 2000. Cardiovascular Physiology.
6.      http://www.nda.ox.ac.uk, diakses pada tanggal 2 November 2008.
7.      Bianco, Carl. 2000. How Your Heart Works. 
8.      www.howstuffworks.com, diakses pada tanggal 6 November 2008
9.      Wikipedia Indinesia. 2008. Jantung.
10.  http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 2 november 2008.
11.  Medicine and linux. 2008. Pemeriksaan Jantung.
12.  http://medlinux.blogspot.com, diakses pada tanggal 6 november 2008
13.  Ph.D, Klabunde, Richard. 2007. Cardiovascular Physiology Concepts.
14.  http://www.cvphysiology.com, diakses pada tanggal 6 November 2008. 
15.  Heni Rokhaeni, SMIP, CCRN, dkk. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler : Pusat Kesehatan Jantung dan pembuluh Daeah Nasional “Harapan Kita”, edisi pertama, Jakarta 2001.